Ilustrasi - Sumber: google.com
Seperti terjebak dalam fatamorgana
Melihat gugusan bintang yang mengukir paras cantik jelita
Garis-garis sinar seolah menyimpul manis senyumannya
Ah! Aku kenal dengan wajah dia
Aku mengerjap-ngerjapkan kedua mata
Lalu menenggelamkan punggung di muka sofa
Sembari meneguk hangatnya secangkir hot chocolate
Dalam hati mulai bertanya: Apa ini yang namanya cinta?
Rasakan dingin alam semesta
Bagai La Nina di beberapa samudra
Hujan deras yang datang tiba-tiba
Inikah cinta atau sekadar candu yang lewat saja
Beberapa detik kemudian aku melamun
Mendengar nyanyian jangrik, aku tertegun
Kudengar, kau kembali sendiri
Di bawah gelap malam di bulan Februari
Kau kembali tercatat menjadi seorang pengisi
Menjadi asa di suatu hari nanti
Kuingat ada langit senja oranye-jingga
Kutatap penuh nanar ke arah sana
Menyingsing matahari ke balik bumi
Teringat engkau jadi tersenyum sendiri
Hai! Kau yang bernama ...
Ah, nanti saja kutegur sapa
Bila kita tak sengaja berjumpa
Layaknya orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama
Apakah ini semacam hukum fisika
Atau sebuah reaksi dari zat kimia
Terhitung sulit seperti matematika
Sama seperti mendapatkanmu wahai adinda
Sudah cukup melamun selama lima menit
Cukup membuat hati ini terlilit
Kuraih smartphone putih dari atas meja
Yang terbuat dari kayu berdesain klasik eropa
Melayangkan sebuah pesan, tapi bukan rindu semata
Sekadar tanya: kamu sedang apa?
Biarlah kita mengalir seperti air
Melangkah beriring tiada akhir
Tak lain kepada bidadari yang telah lahir
Menciptakan cinta yang utuh tak akan mencair
Hei! Bisakah menoleh sedikit ke arahku
Tampakkan juga sedikit indah senyummu
Ada aku sedang duduk di sini termangu
Menanti engkau F datang ke arahku