Misteri Kematian Dian

Ilustrasi - Sumber: google.com
Untuk mengikuti #FiksiRacun dari @KampusFiksi

Perempuan muda berambut light brown shaggy ditemukan tewas di dalam tangki air di atap sebuah hotel. Setelah melakukan pengusutan selama dua bulan, akhirnya kepolisian Cecara City menyebutkan "keracunan dan bunuh diri" yang menjadi penyebab kematian Dian. Berto yang tidak terima dengan hasil tersebut berencana memanggil detektif swasta untuk mencari fakta kematian pacarnya.

Dua hari kemudian, Berto melakukan pertemuan dengan Diego, ketua detektif bernama DOR di sebuah office. Owen mengetik seluruh informasi yang dikatakan client tanpa ada satu katapun yang tertinggal, sedangkan Raphael merekam percakapan di sebuah voice recorder.

“Aku tahu Cecara City sedang dilanda isu air bersih mengandung racun yang dapat membuat orang bertingkah aneh, tapi aku tidak setuju dengan kesimpulan kepolisian.”

Selama dua jam, Diego dan Berto saling tanya jawab demi melengkapi informasi untuk mengusut tuntas misteri kematian Dian.

---

Setelah berjalan tiga bulan mencari informasi kepada kepolisian, keluarga, dan petugas hotel, akhirnya tim DOR menemukan titik terang. Di sebuah pengadilan, tim DOR memberikan kesaksian yang juga dihadiri oleh Berto dan mantan Dian, Rama yang digosipkan menjadi pembunuh.

“Silakan saudara berikan penjelasan,” kata hakim dengan pakaian formal yang lengkap.

Diego berdeham untuk menghilangkan suara seraknya. “Kami bertiga telah mengusut kasus ini selama tiga bulan. Dengan yakin, tim DOR menyatakan bahwa kematian Dian karena dibunuh.”

Para tamu mulai menimbulkan kebisingan. Berto tampak tetap tenang di meja yang terpisah di kanan ruangan, sedangkan Rama malah menunjukkan sikap yang gelisah di sampingnya.

“Ini adalah air mineral yang diminum oleh Dian,” Raphael mengangkat minuman itu ke udara agar para tamu dapat melihat. “Setelah dilakukan penelitian oleh tim gizi kami, faktanya minuman ini memang mengandung racun, namun tidak membuat fisik dan tingkah laku pengonsumsi menjadi aneh. Minuman ini hanya menyebabkan mual, pusing, muntah-muntah, dan badan lemas. Kita pun tahu selama isu racun ini menyebar belum ada satu laporan yang mengakibatkan orang meninggal.”

Berto mengangguk mantap sambil menyilakan kedua tangan di dada.

“Kami memastikan keracunan bukan penyebab pasti dari kematian Dian. Maaf, untuk para polisi yang hadir, hasil analisis kalian kami bantah.”

“Bagaimana dengan temuan korban ditemukan di dalam tangki air?” tanya hakim berbadan tegap dengan suara yang berat.

"Tunggu yang mulia!" Diego membalikkan kertas berisi temuan-temuan hasil analisis. “Menurut hasil rekaman CCTV di lorong hotel lantai dua tujuh, pada delapan April pukul satu siang, Rama terlihat masuk ke dalam kamar Dian yang ternyata tidak terkunci. Beberapa saat kemudian, rekaman memerlihatkan Rama keluar dari kamar Dian sambil berlari.”

Berto menepuk meja dan menunjuk-nujuk ke wajah Rama. “Dasar pembunuh, culas, biadab! Kau memang pembunuh! Mulutmu busuk mengatakan yang bohong pada orang-orang! Kau pantas dicambuk sampai mati!”

Pihak keamanan menenangkan Berto yang tersulut emosi.

“Kami dapat memastikan Dian tewas pada tanggal delapan April.”

“Hei, kau! Pembunuh!” teriak sebagian besar para tamu hingga bergemuruh. Beberapa air mineral dalam gelas melayang ke arah Rama, namun tidak ada yang mengenainya.

“Tenang semua,” kata hakim dengan santai. “Tim DOR belum menyebutkan siapa pembunuhnya. Menurut fakta yang kalian temukan, siapa pembunuhnya?”

Diego menghela napas dan melirik ke kertas. Para tamu terpaku menunggu jawaban sang ketua DOR. Ruangan menjadi sunyi.

“Berto!”

Seluruh tamu terperanjat.

“Keparat! Jangan menyebar kebohongan!” Berto beranjak dari kursi. “Mana mungkin aku membunuhnya!”

“Kau menggendong Dian yang sedang tertidur di bawah pengaruh obat tidur sampai ke atap hotel.”

“Mana rekaman CCTV-nya!”

“Tidak ada.”

“Nah!” telunjuk Berto menegang ke arah sang ketua DOR. “Kau bohong!”

“Kau menghindari CCTV!” tegas Diego. “Kau menggendong Dian melalui tangga darurat yang berada di samping kanan luar hotel. Ada cincin milik Dian terjatuh di sana.”

“Itu cincin imitasi!" leher Berto berurat. "Lagipula pintu darurat dikunci dan...”

“Pintu darurat tidak selalu dikunci!” sela Owen. “Pintu darurat diciptakan untuk memudahkan orang melarikan diri dari bahaya. Bagaimana mungkin hotel berlantai tiga puluh dengan tega mengunci pintu darurat? Yang ada orang semakin sulit untuk keluar hotel bila ada bahaya.”

“Bisa kalian jelaskan tentang pintu tangki yang tertutup?” tanya hakim mengambil alih.

Sang ketua DOR kembali membalikkan kertas. “Coba kalian pikirkan,” kata Diego mengedarkan pandangan ke para tamu. “Apakah seseorang yang tenggelam dapat menutup pintu tangki dan menguncinya rapat-rapat?”

Para tamu berbisik-bisik. “Tidak mungkin!” jawab beberapa di antara mereka.

“Di pintu bagian dalam tidak ada engsel untuk menutup tangki. Engsel itu hanya ada di bagian luar. Dapat dipastikan ada seseorang yang menutup dari atas,” Diego melanjutkan. “Dan itu kau, Berto!”

“Kalian memfitnah!” dua bola mata Berto melotot.

“Kami mencari kebenaran!” Diego menegaskan. “Kau yang meminta kami mencari fakta! Kau yang bilang kasus ini harus diusut tuntas! Tapi malah kau yang membunuh pacarmu sendiri!”

“Kau melupakan Rama yang berlari dari kamar Dian! Dia...”

“Tidak!” sela Diego dengan mantap. “Rama keluar dari kamar Dian untuk mencari bantuan saat melihatmu secara paksa memberikan minum air mineral yang katanya mengandung racun.”

Diego mengangkat air mineral dalam botol yang hanya terisi setengah ke udara. “Botol ini ditemukan di bawah kasur Dian. Setelah dicek oleh tim ahli gizi, minuman ini mengandung obat tidur. Oleh karena itu, Berto dapat dengan mudah menggotong Dian ke atap hotel karena ia bertubuh langsing dan sedang tidak sadarkan diri karena tertidur.”

Beberapa polisi mulai mengelilingi Berto. Hakim dan jajarannya berdiskusi sejenak.

“Sesuai fakta dari tim DOR dan setelah kami berdiskusi. Kami menetapkan Berto sebagai tersangka!” Hakim mengetuk palu tiga kali.

“Yang mulia bukan saya!”

Tangan Berto mulai diborgol dan diseret keluar oleh beberapa polisi. Rama beranjak dari bangku dan menghampiri tim DOR, kemudian mengucapkan terima kasih. Ketika mereka saling berjabat tangan, Berto sekilas melihat Rama memasukkan satu lembar cek ke dalam saku jas hitam Diego.

2 komentar:

  1. Yah.. Kasian banget Berto difitnah.. :(

    BalasHapus
  2. Best 10 Casinos Near Washington | Mapyro
    Casinos Near Washington · Casino at Charles Town 안동 출장안마 Races 광주광역 출장안마 & Racetracks · Harrah's Cherokee 태백 출장안마 Casino · Casino at Harrah's Cherokee Casino Resort · The 공주 출장안마 Shreveport Casino. 양산 출장안마

    BalasHapus