She Will Be Loved

Ilustrasi - Sumber: Facebook Nulis Buku
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Seusai  menaruh secangkir hot coffee di atas meja, Selly duduk di hadapanku. Pagi ini ia terlihat berbeda, meski matanya berkilau memakai softlens cokelat, namun wajahnya agak pucat.

"Aku bangga denganmu yang selalu mencintai aku," kata Selly dengan senyuman khasnya.

"Memang selalu begitu kan, Sel?" balasku, kemudian meneguk kopi hangat racikannya. "Kau tahu? Kopi buatanmu ini tidak pernah berubah rasanya, sama seperti perasaanku."

Ia hanya tersenyum kecil dan tidak membalas ucapanku. "Happy anniversary ya, Roy. Sekarang tanggal dua satu..."

"Makasih, Sel." Aku termangu. "Andai saja kau masih..."

Selly beranjak dari bangku dan merangkulku dari samping. Aku dapat merasakan hangat dan aroma khas tubuhnya. Kemudian tekstur kenyal bibir merah jambunya mengecup pipi kananku dengan lembut. Kejadian itu begitu cepat hingga membuat bibirku mengatup.

"Roy, aku memang sudah tiada, tapi aku akan selalu ada di hati dan matamu," katanya lirih. "Bila kau merindukan aku, panggil saja namaku. Aku pasti datang untuk menemuimu."

Beberapa detik kemudian Selly menghilang dari pandanganku. Aku refleks mengedarkan pandangan ke seisi ruang makan.

"Selly!" aku berteriak. "Sel!"

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu rumahku sebanyak  tiga kali.

"Siapa?" tanyaku.

"Roy, ini aku."

"Selly?" Dengan cepat aku berlari ke pintu dan membukanya. Namun, di luar tidak ada siapa-siapa. Di pandangan mataku ada mobil sedan, taman kecil, dan pagar berwarna putih, tidak ada orang sama sekali.

Lantas aku tidak tinggal diam. Aku berlari ke Love Pool, lokasi yang disukai para remaja dalam menghabiskan waktu untuk berpacaran di Green Hills ini. Jarak kolam itu dua ratus meter dari rumahku. Aku mengedarkan pandangan, tetapi tidak melihat Selly. Sempat ada yang mirip dengannya, namun ternyata aku salah orang.

Tubuhku melemas. Aku duduk di tepi kolam sambil menatap kekecewaan ke permukaan tanah. Aku mengacak-acak rambut sebagai pelepasan amarah yang sedang bergejolak. Ada aliran air mata yang mulai membuat mataku berkilau. Aku menunduk lesu sambil menutup muka.

"Roy."

Aku mendengar ada perempuan yang memanggil namaku. Ia bercelana pendek sepaha, berbaju putih ketat, dan rambut hitam harumnya tergerai sebahu lebih.

"Melinda..."

"Kau sedang apa di sini?" tanya dia. "Kau pasti teringat Selly ya? Ini kan tempat favorit kalian."

Dengan cepat aku memeluknya erat.

"Melinda, berjanjilah padaku," kataku sambil tersedu-sedu. "Datanglah padaku sesuka hatimu yang kau mau karena aku pasti membutuhkanmu. Kuharap kau dapat mengerti aku yang selalu merindukanmu." 

Ia tersenyum indah di depan mataku. "It's compromise that moves us along, Roy."

"I love you."

Aku pun tersenyum dan kembali memeluknya.

3 komentar:

  1. sweet dan cukup naas.
    nostalgia ke tempat favorit :")

    BalasHapus
  2. Jadi si Melinda sebagai pelarian? Syedih :(

    BalasHapus
  3. tau ga yg paling besar cintanya diantara mereka ?
    Melinda ..

    BalasHapus