Stay With Me

Ilustrasi - Sumber: Facebook Nulis Buku
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku
Flash Fiction ini telah dipilih menjadi pemenang oleh Nulis Buku.

"Meski kau sudah bukan milikku, tapi tetap saja partikel[1] rindu ini tidak akan pernah luruh," ucap Doni dalam percakapan telepon. 

Suara dia yang halus seringkali membuatku lemah tidak berdaya. Kami sudah menjalani fluktuatif gelombang cinta, seperti putus dan nyambung. Juga bagai roda yang berputar, di atas, bawah, dan seringkali diam di tempat. Memang pahit rasanya, namun seperti itulah kami, belum ada yang serius menjalani.

Aroma udara segar malam San Diego yang terdapat di sekitarku membuatku termangu. Aku menatap ke dasar gedung memerhatikan beberapa mobil yang berlalu lalang. "Mengapa kau dapat merindukan aku? Padahal aku sudah bukan milikmu," tanyaku skeptis, memastikan apakah Doni hanya memanis-maniskanku saja atau ucapan yang murni meluap dari dalam hati.

"Karena aku masih menyayangimu dan tetap ingin menjadi chlorophyll[2] yang leluasa mewarnai semua daun pada pohon-pohon," ucapnya. "Aku ingin mewarnai hidupmu dengan caraku."

"Mewarnai hidupku? Membuatku sering sedih dan menangis? Kita putus nyambung terus, Don!" kataku dengan nada suara naik satu oktaf. "Kau tidak menyadari itu?"

"Aku sadar, tapi bisakah kita kembali saling mencintai seperti sedia kala?"

Aku menggeleng. "Enggak bisa, Don."

"Lho, kenapa?" tanyanya. "Nadhira, aku serius. Aku ingin balikan denganmu. Persoalan yang bulan lalu biarlah terhapus oleh hujan. Entah mengapa saat di dekatmu neurotransmitter[3] seolah sangat aktif mengacak-acak pikiranku. Aku selalu ingat kamu."

Aku rebahan di atas permukaan lantai teratas gedung ini yang lembut bak beledu. Permukaannya dialasi permadani paling halus dari Persia. Sejujurnya aku sudah malas berkomunikasi dengan Doni yang sering memermainkan aku. Ia tidak mengerti perasaan perempuan. Hati perempuan bukan terbuat dari baja yang kuat bila disakiti. Aku manusia biasa yang dapat menangis. Ia tidak pernah paham itu.

"Nadhira!" sahut lelaki yang tanpa kusadari muncul dari belakang memecahkan keheningan karena aku tidak membalas ucapan Doni.

Handphone reflek lepas dari genggaman tanganku, lalu jatuh ke permukaan lantai. Lelaki berambut cokelat spikey itu memelukku dan mengangkatku ke udara sambil memutar. Hamparan senyum tergugah di dua sudut bibirku.

"Don't run away", ucapnya sembari memegang bahuku. Napasnya terdengar terengah-engah. Rasanya kedua kakiku lemas tak kuat berdiri saat menatap mata walnutnya yang berbinar. "Stay with me, Nadhira, i love you."

"Halo!" sahut Doni. Suaranya terdengar samar-samar di telingaku. Handphone seharga tujuh juta itu aku tendang hingga terseret dan jatuh dari atas gedung bertingkat dua puluh ini.

"Aku tidak akan kemana-mana," balasku tersenyum. "Aku juga mencintaimu, Aldo."

Namun, Aldo masih heran melihatku tadi menendang handphone dengan keras hingga jatuh bawah gedung. "Tenang, dia masa laluku, dan kau masa depanku," lanjutku.

Kami berpelukan memecahkan seluruh rindu yang memisahkan kami selama satu minggu. Dengan lembut bibir Aldo mengecup bibir merah jambuku. Aku harap ia menjadi lelaki terakhir untukku meski pada awalnya ia adalah pelarianku di saat satu bulan lalu baru putus dari Doni.



[1] Sebuah satuan dasar dari benda atau materi.

[2] Pigmen yang dimiliki oleh berbagai organisme dan menjadi salah satu molekul yang memiliki peran utama dalam fotosintesis. Klorofil memberi warna hijau pada daun tumbuhan hijau.

[3] Cairan kimia penyampai pesan sel saraf yang disebut sebagai pemberi sensasi kesenangan. Dopamin (neurotransmitter) biasanya aktif saat tubuh dalam keadaan senang. Ketika jatuh cinta, kadar dopamin tubuh akan meningkat dan aktif. Oleh karena itu, orang yang sedang jatuh cinta mengalami peningkatan kesenangan dan mengalami pengurunan tingkat kesedihan.

1 komentar: