Sedan Hantu

Sumber: google.com
Tulisan ini ditulis untuk mengikuti #Tantangan Minggu dari @KampusFiksi

Malam kemarin menjadi pengalaman yang mencekam. Angin berkesiur pelan. Sejauh mata memandang, suasana begitu asing dari tanda-tanda kehidupan. Daun-daun enggan bersentuhan dan senandung nyanyian jangkrik seolah bungkam. Aku bagai berada di planet yang penciptaannya tidak pernah ada di sepanjang alam semesta. Sangat asing.

Angkutan umum yang kutunggu tidak kunjung datang. Di saat jenuh mulai menguliti tubuhku, aku melihat mobil sedan mewah berwarna putih berlari cepat, semakin dekat, kemudian berhenti di hadapanku.

Kaca depan terbuka perlahan. Seorang perempuan berbaju merah terlihat memegang kemudi. Wajah dan kulitnya begitu cerah bersinar, perawatan kelas atas.

Kau tidak mau masuk ke dalam mobil murah ini?” sahutannya berhasil memecahkan lamunanku. “Hei! Ayo naik. Tidak ada kendaraan lain lagi di sini. Kau mau mati?”

Suara perempuan itu begitu sumbang, bahkan matanya sama sekali tidak melirikku. Tidak peduli, aku membuka pintu lalu masuk ke dalam.

Baru saja duduk bersandar di belakang, aku seakan dihantam deja vu. Lampu bergaya klasik dan langit-langit mobil yang bernilai artistik. Namun, tiga menit kemudian, aku merasa tidak nyaman. Aroma mobil mewah ini berubah mirip bemo yang usang ditelan masa.

“Mobilnya wangi, membuatku mual!” keluhku pelan.

“Apa kau bilang? Sekali lagi kudengar, kubunuh kau!”

Aku berusaha tidak panik. Baru saja sekilas mengalihkan pikiran dengan melihat pemandangan di luar, ponselku tiba-tiba berdering. Tidak kuangkat. Namun, ponsel ini terus berdering.

“Angkat teleponnya atau mau mati di sini?” tanya perempuan itu, masih dengan suara sumbangnya.

Aku mengaruk-garuk rambut, gusar. Rasanya di mobil ini sangat ramai, padahal suasananya sepi, batinku.

“Ha-halo!” sapaku tergesa-gesa.

Tidak ada respon di sana.

“Halo!”

Mungkin tidak ada sinyal, maka ponsel ini kuayunkan di udara.

“Halo! Ini siapa? Halo!”

Tuut.. tuut.. tuut..

Jantungku rasanya ingin meledak. Ponsel kumatikan. Aku lelah. Energiku terkuras memikirkan hal di luar nalar. Kucoba melupakan segala yang tengah terjadi. Sebisa mungkin aku mengatur napas.

Pikiranku mulai tenang, meski perempuan itu tetap memacu mobil ini secepat kilat. Hingga beberapa saat kemudian, semua terasa berubah gelap. Aku tertidur.

Aku merasa mobil berjalan pelan dan hawanya tidak sejuk. Beberapa kali mencoba terpejam, tapi rasa penasarankanku lebih bernafsu untuk menyaksikan apa yang terjadi.

Aku terperanjat ketika tahu tidak ada yang mengendalikan mobil ini. Perempuan itu hilang. Mobil terus berjalan pelan. Sial, aku terjebak. Kutengok kanan-kiri, tidak ada orang. Ini pasti mobil sedan hantu yang diceritakan Ibuku kemarin. 

"Sebentar lagi perempuan itu pasti datang lalu membunuhku," kataku dalam hati.

Tidak mau mati sia-sia, maka kupukul kaca ini berkali-kali berharap akan pecah. Gagal. Pilihan terakhir, aku berteriak, “Tolong! Tolong!”

Tiba-tiba terdengar teriakan dari belakang mobil, “Anak berotak udang! Jangan berisik! Buka pintunya, bantu mendorong mobil!”

Oh my God! Mobil mewah ini mogok?” ucapku dalam hati seraya menahan tawa.


***

1. Majas Personifikasi
2. Majas Perumpamaan
3. Majas Hiperbola
4. Majas Personifikasi
5. Majas Hiperbola
6. Majas Litotes
7. Majas Pleonasme
8. Majas Metafora
9. Majas Ironi
10. Majas Paradoks
11. Majas Hiperbola
12. Majas Hiperbola
13. Majas Sarkasme

2 komentar: